Senin, 04 Januari 2010

DM ooooh... DM si Diabetes Mellitus


Kita sering mendengar tentang DM. Sebenernya DM atau Diabetes Mellitus itu apa sih?? Diabetes mellitus adalah sekumpulan dari gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemi dan abnormalitas metabolisme dari karbohidrat, lemak dan protein. Gangguan ini menimbulkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

Semua hal diatas merupakan hasil dari defect sekresi insulin baik mutlak atau relatif, dan berkurangnya sensitivitas jaringan terhadap insulin atau keduanya. Gejala yang menyertai DM (hiperglikemia) adalah 3 P (polidipsi, polifagi dan polidipsi), BB berkurang, kelelahan dan adanya infeksi berulang (misalnya kandidiasis vagina).

DM sendiri ada beberapa tipe, yaitu :
  • DM tipe I (insulin dependent atau juvenile onset diabetes) kejadiannya kira-kira 10% dari total kasus DM. DM tipe ini dapat berkembang sejak usia muda yang disebabkan karena adanya kerusakan sel β-pankreas yang menyebabkan kekurangan sekresi insulin secara mutlak.
  • DM tipe II (DM tidak tergantung insulin atau DM dewasa, karena umumnya muncul pada pasien usia > 40 tahun), jumlahnya kira-kira 90% dari total DM. DM tipe ini ditandai dengan adanya resistensi insulin atau defisiensi insulin atau gabungan keduanya. Resistensi insulin ditandai dengan adanya peningkatan lipolisis dan peningkatan produksi asam lemak bebas, peningkatan produksi gula di hepar dan pengurangan intake gula ke sel otot. DM tipe II terjadi ketika gaya hidup dengan asupan kalori berlebihan, kurang olah raga, obesitas dan ada dukungan faktor genetik.
  • Uncommon cause DM (1-2%) termasuk karena gangguan endokrin, gestational DM, pankreatitis dank arena obat-obat tertentu seperti : glukokortikoid, niasin dan alfa interferon.
  • Komplikasi mikrovaskuler : retinopati, neuropati, nephropati dan komplikasi makrovaskuler seperti penyakit koroner pada heart disease, stroke dan gangguan pembuluh perifer.

Bagaimana diagnosis DM..?? keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Bila hasil pemeriksaan glukosa darah meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk memastikan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM pada hari yang lain atau TTGO yang abnormal.

Trus kapan ya kita perlu waspada..??
  • Pemantauan terjadi DM tipe II harus dilakukan setiap 3 tahun bagi orang yang usianya ≥ 45 tahun, dan lebih sering bagi orang yang ada riwayat DM pada keluarganya, obes dan jarang olah raga.
  • Gangguan glukosa darah puasa, jika glukosa darah puasa ≥ 110 mg/dl tetapi <>
  • Gangguan toleransi glukosa, jika setelah 2 jam dari tes toleransi glukosa kadarnya ≥ 140 mg/dl tetapi <>

Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.

  1. Perencanaan makan (meal planning). Pada konsensus PERKENI dianjurkan santapan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%) dan lemak (20-25%). Apabila diperlukan, santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <>
  2. Latihan jasmani. Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ± 0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa henti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang selin antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latiha yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung.
  3. Obat berkhasiat hipoglikemik. Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan).

SULFONILUREA
  • Mekanisme kerja : meningkatkan sekresi insulin, sensitivitas jaringan terhadap insulin serta menurunkan sekresi glukagon.
  • Ada tiga macam sulfonilurea, yaitu short acting (contoh : Tolbutamin), intermediate acting (contoh : Acetoheksamid, Tolazamid, Gliburid dan Glipizide) dan long acting (contoh : Klorpropamid dan Glibenklamid).
  • Sulfonilurea digunakan pada terapi DM tipe II.
  • Kontaindikasi penggunaan sulfonilurea adalah ibu menyusui, ketoasidosis dan insufiensi ginjal. Sulfonilurea long acting sejauh mungkin dihindari penggunaannya pada lansia.

BIGUANID
  • Biguanid meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan perifer dan pengambilan glukosa dan menghambat glukoneogenesis.
  • Contoh obat golongan biguanid adalah metformin.
  • Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (IMT>30) sebagai obat tunggal. Pasien dengan berat badan lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea.
  • Dalam kerjanya memerlukan adanya insulin.
  • Karena tidak merangsang sekresi insulin maka tidak akan menimbulkan efek samping hipoglikemi.
  • Pada awal penggunaan mungkin menimbulkan gangguan lambung atau diare yang akan berkurang jika diminum bersama makanan.

GLIZATON
  • Contoh obat golongan glizaton adalah troglitazon, rosiglitazon dan pioglitazon.
  • Mekanisme kerja obat ini diduga menyebabkan penurunan resistensi perifer.
  • Efek samping dari obat ini adalah edema dan peningkatan berat badan, serta retensi air yang memicu gagal jantung kongestif.

MEGLITINID
  • Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan nateglinid.
  • Cara kerjanya sama seperti sulfonilurea.
  • Obat ini diminum 30 menit sebelum makan dan tidak boleh diminum bila tidak makan.
  • Kemungkinan menaikkan berat badan seperti golongan sulfonilurea.

ACARBOSE
  • Cara kerjanya menghambat enzim α-glukosidase, yaitu enzim yang berfungsi menguraikan polisakarida atau oligosakarida dan sukrose menjadi glukosa.
  • Efek sampingnya berupa platulen, diare dan gannguan gastrointestinal.

INSULIN
indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah :
  • DM dengan berat badan menurun cepat/kurus.
  • Keoasidosis, asidosis laktat dan koma hiperosmolar.
  • DM yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat dll)
  • DM dengan kehamilan/DM gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.
  • DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.

Daftar Pustaka
Anonim. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.
Priyanto. 2009. Farmakologi dan Terminologi Medis. Jakarta : Leskonfi.

0 komentar: